Monday, June 18, 2018

Makalah Perkembangan Islam Pada Masa Kejayaan



MAKALAH PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN


 


BAB I
PENDAHULUAN
A.                LATAR BELAKANG
Peradaban Islam yang berlangsung sejak masa pemerintahan Rasulullah SAW di Madinah (abad ke-7 M) yang dilanjutkan oleh kaum muslimin sampai masa Kekhilafahan Bani Utsmani di Istanbul (abad ke-19 M) telah menorehkan serangkaian kejayaan dalam berbagai bidang. Perkembangan kemajuan Islam tersebut memang diwarnai dengan beberapa konflik antar penguasa yang tidak jarang disertai dengan pertumpahan darah. Meskipun demikian, para penguasa Islam umumnya menaruh perhatian besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di wilayah kekuasaannya. Faktor perhatian dari penguasa inilah yang membuat peradaban Islam menjadi berkembang dengan pesat, disamping faktor pemikiran Islam yang mendukung dan memotivasi kaum muslim untuk senantiasa melakukan penelitian dan pengembangan ilmu.
Peninggalan pemikiran hasil pengembangan ilmu yang dilakukan oleh kaum muslim tertuang dalam bentuk buku, karya sastra maupun artefak. Jika kita mau merujuk kepada pemikiran dan penulisan, kita akan melihat bahwa peradaban islam telah mencapai tingkatan yang tidak bisa dijangkau oleh barat kecuali pada periode terakhir ini. Untuk mempelajari peradaban dan berbagai tren yang ada di masa tersebut, maka perlu disertai dengan membahas tentang situasi negara tersebut. Damaskus telah mencapai puncak kejayaannya sewaktu kota tersebut dijadikan ibukota negara oleh Muawiyah, mempunyai karya nyata berupa: Masjid Agung Umayyah, dll. Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973 M, seiring dengan hijrahnya Khalifah Mu'izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Sejak saat itu, Kairo mencapai kejayaan sebagai pusat pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Kota Baghdad mengalami masa keemasan sebagai pusat kebudayaan dan perdagangan dunia Islam. Begitu pula ketika khalifah dipegang oleh Al Ma'mun, seni literatur, teologi, filosofi, matematika, dan ilmu pengetahuan. Kemajuan peradaban diikuti oleh berbagai pusat negara seperti Sarai baru, Tabriz dan Cordova.
Makalah ini membahas perkembangan kejayaan peradaban Islam yang difokuskan pada beberapa kota yang menjadi pusat perkembangan Islam pada masa kejayaannya. Beberapa kota tersebut adalah Damaskus, Baghdad, Kairo, Cordova, Tabriz, Sarai Baru dan Delhi. Kejayaan yang dibahas adalah seputar apa saja bentuk-bentuk karya yang dihasilkan di kota tersebut dalam berbagai bidang, seperti pemerintahan, tata kota dan arsitektur dan penemuan ilmu pengetahuan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
         1.   Bagaimana peradaban Islam pada masa kejayaan?

C.   Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peradaban Islam pada masa kejayaan.





BAB II
PEMBAHASAN

A.   Perkembangan  Peradaban  Islam
Peradaban Islam adalah bagian dari kebudayaan islam yang meliputi berbagai aspek seperti moral, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan yang luas serta bertujuan untuk memudahkan dan menyejahterakan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Peradaban Islam telah dimulai sejak masa Rasulullah, khulafaurrasyidin, dan terus berkembang pada Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.
1.      Peradaban Islam pada Masa Dinasti Umayyah
Dinasti Umayyah berdiri setelah berakhirya masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Khalifah pertama adalah Muawiyah bin Abi Sofyan dan wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah berkembang di sebelah timur sampai ke Oxus, bagian barat India sampai Punjab dan Lahore. Di utara, menguasai Pulau Rhodes, Cretta dan di barat menguasai seluruh Afrika Utara, Aljazair, Tangiers, dan Spanyol. Kemajuan Dinasti ini adalah sebagai berikut.
a.       Ekonomi
Pada masa Khalifah Muawiyah, didirikan percetakan uang yang bertuliskan bahasa Arab yang terbuat dari perunggu lalu disempurnakan oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan dan dikeluarkannya mata uang logam Arab (emas/dinar, perak/dirham, perunggu/fals/fuls) yang satu sisi bertuliskan kalimat “Laailaha Illallah” dan sisi lainnya tertulis Qul huwallahu ahad serta di luar lingkarannya ditulis Muhammad Rasulullah bil huda wa dinil haq sebagai mata uang resmi pemerintah islam.
b.      Sosial Budaya
Dalam bidang sosial budaya, khalifah pada masa Dinasti Umayyah banyak memberi kontribusi yang cukup besar dengan dibangunnya rumah sakit (mustasyfayat) di setiap kota oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik serta dibangun rumah singgah bagi anak-anak yatim piatu yang ditinggal oleh orang tua mereka akibat perang dan orang tua yang tidak mampu pun dirawat di rumah-rumah tersebut.
c.       Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini diuraikan sebagai berikut
a.       Ulumul lisaniyah, ilmu yang diperlukan untuk memastikan bacaan Al-Qur’an, menafsirkan dan memahaminya.
b.      Tarikh (Sejarah), meliputi tarikh kaum muslimin dan segala perjuangannya, riwayat hidup para pemimpin, tarikh umum, dan tarikh bangsa-bangsa lain.
c.       Ilmu qiraat, ilmu yang membahas tentang membaca Al-Qur’an.
d.      Ilmu tafsir, ilmu yang membahas tentang undang-undang dalam menafsirkan Al-Qur’an.
e.       Ilmu hadis, ilmu yang ditujukan untuk menjelaskan riwayat dan sanad hadis, karena banyak hadis yang tidak berasal dari Rasulullah.
f.       Ilmu nahwu, ilmu yang menjelaskan cara membaca suatu kalimat6 di dalam berbagai posisi.
g.      Ilmu bumi (al-jughrafia), muncul karena kebutuhan kaum muslimin yakni untuk keperluan menunaikan ibadah haji.
h.      Ulumud dakhilah, ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab dan disempurnakan untuk kepentingan kebudayaan islam.

d.      Politik
Semasa Dinasti Umayyah berkuasa, banyak intuisi politik dibentuk, misalnya undang-undang pemerintahan, dewan menteri, lembaga sekretariat negara, jawatan pos dan giro, serta penasihat khusus di bidang politik. Politik pada masa ini mengalami kemajuan dari dinasti sebelumnya yakni dibentuknya al-Kitabah (sekretariat negara), AL-Hijabah (ajudan), organisasi keuangan, organisasi kehakiman, organisasi tata usaha negara serta mengalami kemajuan dalam bidang militer yakni diberlakukannya undang-undang wajib militer (Nizhamut Tajnidil Ijbary) dan dibangunnya armada laut dengan sempurna.
2.      Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah berkuasa selama lebih kurang enam abad, didirikan oleh Abul Abbas as-Saffah dibantu oleh Abu Muslim al-Khurasani, seorang jenderal muslim yang berasal dari Khurasan, Persia. Peradaban Islam berkembang pesat pada dinasti ini.
a.       Bidang Sosial Budaya
Kemajuan ilmu sosial budaya yang ada adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, dan kota seperti istana Qashrul Dzahab, istana Qashrul Khuldi, kota Baghdad, serta Samarra.
b.      Bidang Politik dan Militer
Dibentuknya departemen pertahanan dan keamanan (Diwanul Jundi) yang mengatur semua yang berkaitan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan.
c.       Bidang Ilmu Pengetahuan
Bermunculan para ahli dalam bidang ilmu pengetahuan, seperti filsafat, ilmu sejarah, ilmu bumi, astronomi, kedokteran, kimia, dan hisab/matematika. Beberapa ilmuwan terkenal adalah Muhammad bin Ibrahim al-Farazi (astronom), Ibnu Sina (kedokteran), Jabir bin Hayyan (Kimia), al-Kindi (filsuf), dan Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi (matematika).
d.      Bidang Ilmu Agama
Diantara ilmu pengetahuan agama islam yang berkembang pesat pada masa ini adalah ilmu tafsir dengan tokoh al-Subhi, Muqatil bin Sulaiman, Muhammad bin Ishaq, Abu Bakar al-Asham, dan Abu Muslim al-Asfahani serta para ulama hadis seperti Imam Bukhari (Sahih Bukhari), Abu Muslim al Hajjaj dari Nisabur (Sahih Muslim), Ibnu Majah, Abu Dawud, al-Turmudzi, dan an-Nasa’i. Karya-karya mereka dibukukan dalam al kutubu al sittah. Pada masa ini juga berkembang ilmu fiqih dengan ulama yang terkenal adalah Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali serta berkembangnya ilmu kalam.
B.   Periodisasi Kejayaan Peradaban Islam
Periode penyebaran islam dan peradabnnya dimulai sejak masa Rasulullah saw. Pada abad ke-6 M. Periodisasi peradaban islam secara umum terbagi atas tiga periode.


1.      Periode Klasik
Masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi, dan keemasan islam. Khalifah pada masa ini antara lain Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, kekuasaan Bani Umayyah, dan Bani Abbasiyah dimana telah menguasai seluruh semenanjung Arab, Irak-Suriah, tentara Bizantium Syiria, Alexandria-Mesir-Babilon, Tunis, Khurasan, Afghanistan, Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana, Samarkand, Bulukhistan, Sind, Punjab, Multan, Aljazair, Maroko, Cordova, Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Persia, Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis. Pada masa ini bermunculan sastrawan-sastrawan islam dengan berbagai karya-karyanya, mencetak uang untuk alat tukar berupa dinar dan dirham, serta dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi.
2.      Periode Pertengahan
Pada periode ini islam mengalami kemunduran karena satu demi satu kerajaan islam jatuh ke tangan bangsa Mongol. Namun peradaban ini kembali bangkit sekitar tahun 1500-1800 M dengan berdirinya 3 kerajaan besar yang menjadi tonggak berjayanya kebangkitan peradaban islam. 3 kerajaan tersebut antara lain Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Hingga pada abad ke-17 di Eropa muncul negara-negara kuat dengan Rusia maju di bawah Peter Yang Agung. Melalui peperangan, Turki Usmani mengalami kekalahan, Safawi Persia ditaklukan oleh Raja Afghan yang memiliki perbedaan faham, dan Mughal India pecah dikarenakan terjadi pemberontakan dari kaum Hindu bahkan dikuasai oleh Inggris pada tahun 1857 M.
3.      Periode Modern
Periode ini dikatakan sebagai periode kebangkitan Islam yang ditandai dengan berakhirnya ekspedisi Napoleon di Mesir (1789-1801 M). Raja dan pemuka-pemuka islam mulai berpikir untuk melakukan pembaharuan dalam islam yang disebut dengan modernisasi dalam islam untuk mengembalikan kekuatan yang telah pincang dan membahayakan umat islam. Para tokoh pembaharu islam diantaranya adalah Muhammad bin Abdul Wahab di Arab, Muhammad Abduh, Jamaludin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir, Sayyid Ahmad Khan, Syah Waliyullah, Muhammad Iqbal di India, Sultan Mahmud II, dan Musthafa Kamal di Turki.
C.   Kontribusi Islam dalam Perkembangan Peradaban Dunia
Kontribusi islam antara lain:
1.      Sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad ke-13, karya-karya kaum muslim dalam berbagai bidang telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin, khususnya dari Spanyol.
2.      Kkaum muslimin telah memberi sumbangan ekperimental mengenai metode dan teori sains ke dunia Barat.
3.      Sistem notasi dan desimal Arab dalam waktu yang sama telahdikenalkan ke dunia barat.
4.      Karya-karya dalam bentuk terjemahan, khususnya karya Ibnu Sina (Avicenna)dalam bidang kedokteran, digunakan sebagai teks di lembaga pendidikan tinggisampai pertengahan abad ke-17 M.
5.      Para ilmuwan muslim dengan berbagai karyanya telah merangsang kebangkitan Eropa, memperkaya kebudayaan Romawi kuno, serta literatur klasik yang melahirkan renaisance.
6.      Lembaga-lembaga pendidikan islam yang telah didirikan jauh sebelum Eropa bangkit dalam bentuk ratusan madrasah adalah pendahulu universitas yang ada di Eropa.
7.      Para ilmuwan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa dalam kegelapan.
8.      Sarjana-sarjana Eropa belajar di berbagai lembaga pendidikan tinggi islam dan mentransfer ilmu pengetahuan ke dunia Barat.
9.      Para ilmuwan muslim telah menyumbangkan pengetahuan tentang rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada Eropa.
Pada ilmu pengetahuan alam, islam berjasa menyatukan akal dengan alam, menetapkan kemandirian akal, menetapkan keberadaan hukum alam yang pasti atas kehendak Tuhan. Serta islam telah mampu mendamaikan akal dengan iman dan filsafat dengan agama sedangkan bangsa Barat masih membuat stereotip yang memisahkan antara akal dan  iman serta filsafat dengan agama.
D.    Nilai-Nilai Luhur pada Masa Kejayaan Islam
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari masa kejayaan islam antara lain sebagai berikut.
1.      Hanya dengan kerja keras dan usaha yang maksimal, apa yang diinginkan akan berhasil, hal ini dapat dilihat bahwa islam berkembang dengan baik di berbagai belahan dunia atas usaha yang maksimal umat islam.
2.      Belajar dengan giat dan terus-menerus merupakan kunci meraih kejayaan.
3.      Tidak berputus asa dan terus berusaha berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunah.
4.      Sesama muslim adalah saudara, persaudaraan itu diikat adanya akidah yang satu yaitu Allah Swt. dan kitab suci yang satu yaitu Al-Qur’an.
5.      Menjadikan perbedaan sebagai rahmat, bukan sebagai jurang pemisah.


A. Periodisasi Sejarah Islam
Harun Nasution dalam buku Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode besar berikut:

1. Periode Klasik (650‒1250)
Periode Klasik merupakan periode kejayaan Islam yang dibagi ke dalamdua fase, yaitu:

    Fase ekspansi, integrasi, (650‒1000),
    Fase disintegrasi (1000‒1250).

2. Periode Pertengahan (1250‒1800)
Periode Pertengahan merupakan periode kemunduran Islam yang dibagi ke dalam dua fase, yaitu:

    Fase kemunduran (1250‒1500 M), dan
    Fase munculnya ketiga kerajaan besar (1500‒1800), yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500‒1700 M) dan zaman kemunduran (1700‒1800).

3. Periode Modern (1800‒dan seterusnya)
Periode Modern merupakan periode kebangkitan umat Islam yang ditandaidengan munculnya para pembaharu Islam.

B. Masa Kejayaan Islam
Masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar tahun 650‒1250. Periode ini disebut Periode Klasik. Pada kurun waktu itu, terdapat dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Umayyah atau sering disebut Daulah Umayyah dan Kerajaan Abbasiyah yang sering disebut Daulah Abbasiyah. Pada masa Bani Umayyah, perkembangan Islam ditandai dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam dan berdirinya bangunan-bangunan sebagai pusat
dakwah Islam. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi: bidang politik, keagamaan, ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan bidang militer.

Sementara perkembangan Islam pada masa Bani Abbasiyah ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan bidang militer. Tentu saja kemajuan umat Islam baik pada masa Bani Umayyah maupun Bani Abbasiyah terjadi tidak secara tiba-tiba. Akan tetapi, ada penyebabnya, yaitu disebabkan oleh
faktor internal dan faktor eksternal.




Faktor internal antara lain:
    Konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada ajaran Islam,
    Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju,
    Islam sebagai rahmat seluruh alam,
    Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapaikehidupan duniawi dan ukhrawi.


Faktor eksternal antara lain seperti berikut.

    Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting di bidang pemerintahan. Selain itu, mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Adapun pengaruh Yunani masuk melalui berbagai macam terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
    Gerakan Terjemah. Pada masa Periode Klasik, usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah.

Selain faktor tersebut di atas, kejayaan Islam ini disebabkan pula oleh adanya gerakan ilmiah atau etos keilmuan dari para ulama yang ada pada Periode Klasi tersebut, antara lain seperti berikut.

    Melaksanakan ajaran al-Qur’ān secara maksimal, di mana banyak ayat dalam al-Qur’ān yang menyuruh agar kita menggunakan akal untuk berpikir.
    Melaksnakan isi hadis, di mana banyak hadis yang menyuruh kita untuk terus-menerus menuntut ilmu, meskipun harus ke negeri Cina. Bukan hanya ilmu agama yang dicari, tetapi ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan kehidupan manusia di dunia ini.
    Mengembangkan ilmu agama dengan berijtihad, ilmu pengetahuan umum dengan mempelajarai ilmu filsafat Yunani. Maka, pada saat itu banyak bermunculan ulama fiqh, tauhid (kalam), tafsir, hadis, ulama bidang sains (ilmu kedokteran, matematika, optik, kimia, fisika, geografi), dan lain-lain.
    Ulama yang berdiri sendiri serta menolak untuk menjadi pegawai pemerintahan.

Dari gerakan-gerakan tersebut di atas, muncullah tokoh-tokoh Islam yang memiliki semangat berijtihad dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, antara lain:
1. Ilmu Filsafat

    Al-Kindi (809‒873 M),
    Al Farabi (wafat tahun 916 M),
    Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H),
    Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H),
    Ibnu Shina (980‒1037 M),
    Al-Ghazali (1085‒1101 M),
    Ibnu Rusd (1126‒1198 M).


2. Bidang Kedokteran

    Jabir bin Hayyan (wafat 778 M),
    Hurain bin Ishaq (810‒878 M),
    Thabib bin Qurra (836‒901 M),
    Ar-Razi atau Razes (809‒873 M).

3. Bidang Matematika

    Umar Al-Farukhan,
    Al-Khawarizmi.

4. Bidang Astronomi

    Al-Farazi: pencipta Astro lobe
    Al-Gattani/Al-Betagnius
    Abul Wafa: menemukan jalan ketiga dari bulan
    Al-Farghoni atau Al-Fragenius

5. Bidang Seni Ukir

    Badr dan Tariff (961‒976 M)

6. Ilmu Tafsir

    Ibnu Jarir ath Tabary,
    Ibnu Athiyah al-Andalusy (wafat 147 H),
    As Suda, Muqatil bin Sulaiman (wafat 150 H),
    Muhammad bin Ishak dan lain-lain.





7. Ilmu Hadis

    Imam Bukhori (194‒256 H),
    Imam Muslim (wafat 231 H),
    Ibnu Majah (wafat 273 H),
    Abu Daud (wafat 275 H),
    At-Tarmidzi, dan lain-lain.

C. Tokoh-Tokoh pada Masa Kejayaan Islam
Miqdad bin Amr (ahli filsafat yang dicintai Allah dan Rasul-Nya) Miqdad bin Amr termasuk rombongan yang pertama masuk Islam. Ia adalah orang yang ketujuh yang menyatakan keislamannya. Dengan kejujurannya, ia rela mendapatkan sisksaan dari kafir Quraisy. Miqdad bin Amr adalah seorang filosof dan ahli pikir. Suatu ketika, dia diangkat Rasulullah menjadi seorang Amir di daerahnya. Ia melaksanakan amanah itu. Dirinya pun diliputi oleh kemegahan dan puji-pujian. Hal ini dianggapnya sebagai pengalaman pahit. Ia tidak ingin tenggelam dalam kemegahan dan pujian. Maka, sejak itu dia menolak menerima jabatan amir. Kecintaan Miqdad terhadap Rasulullah saw. sangat besar. Kecintaannya itu menyebabkan hati dan ingatannya dipenuhi rasa tanggung jawab terhadap beliau. Misalnya, setiap ada sesuatu yang membahayakan Rasulullah saw, secepat kilat ia telah berada di depan pintu rumah Rasulullah saw. Ia menghunus pedangnya untuk membela
beliau. Demikian Miqdad menjalani hidupnya, ia senantiasa memberikan pembelaan terhadap Islam dan Rasulullah saw. dengan keteguhan hati yang menakjubkan dalam membela Islam. Ia mendapat kehormatan dari Rasulullah saw., “Sungguh Allah Swt. telah menyuruhku untuk mencintaimu dan menyampaikan pesan-Nya padaku bahwa Dia (Allah) mencintaimu.” Diambil dari 365 Kisah Teladan Islam satu kisah selama setahun, Ariany Syurfah)

Sebagaimana disebutkan di atas, banyak sekali tokoh Islam yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang ilmu. Di sini akan dijelaskan sebagian biografi beberapa tokoh secara singkat. Selanjutnya, tokoh-tokoh yang tidak dijelaskan biografinya, bisa dicari melalui buku-buku lain yang membahasnya. Berikut ini tokoh-tokoh muslim yang telah menyumbangkan karyanya untuk peradaban umat manusia.

1. Ibnu Rusyd (520‒595 H)
Nama lengkapnya Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd, lahir di Cordova (Spanyol) pada tahun 520 H. dan wafat di Marakesy (Maroko) pada tahun 595 H. Beliau menguasai ilmu fiqh, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika astronomi, kedokteran, dan filsafat. Karya-karya beliau antara lain: Kitab Bidayat Al- Mujtahid (kitab yang membahas tentang fiqh), Kuliyat Fi At-Tib (buku tentang kedokteran yang dijadikan pegangan bagi para mahasiswa kedokteran di Eropa), Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat. Ibnu Rusyd berpendapat antara filsafat dan agama Islam tidak bertentangan, bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk mempelajari ilmu Filsafat.

2. Al-Ghazali (450‒505 H)
Nama lengkapnya Abu Hamid al-Ghazali, lahir di Desa Gazalah, dekat Tus, Iran Utara pada tahun 450 H dan wafat pada tahun 505 H di Tus juga. Beliau dididik dalam keluarga dan guru yang zuhud (hidup sederhana dan tidak tamak terhadap duniawi). Beliau belajar di Madrasah Imam AI-Juwaeni. Setelah beliau menderita sakit, beliau ber-khalwat (mengasingkan diri dari khalayak ramai dengan niat beribadah mendekatkan diri kepada Allah Swt.) dan kemudian menjalani kehidupan tasawuf selama 10 tahun di Damaskus, Jerusalem, Mekah, Madinah, dan Tus. Adapun jasa jasa beliau terhadap umat Islam antara lain sebagai berikut.

    Memimpin Madrasah Nizamiyah di Bagdad dan sekaligus sebagai guru besarnya.
    Mendirikan madrasah untuk para calon ahli fiqh di Tus.
    Menulis berbagai macam buku yang jumlahnya mencapai 288 buah, mengenai taṡawwuf, teologi, filsafat,      
    logika, dan fiqh.

Di antara bukunya yang terkenal, yaitu Ihyā 'Ulūm ad-D³n, yakni membahas masalah-masalah ilmu akidah, ibadah, akhlak, dan taṡawwuf berdasarkan al-Qur’ān dan hadis. Dalam bidang filsafat, beliau menulis tahāfu al-Falāṡ³fah (tidak konsistennya para filsuf). Al-Ghazali merupakan ulama yang sangat berpengaruh di dunia Islam sehingga mendapat gelar Hujjatul Islām (bukti kebenaran Islam).

3. AI-Kindi (805‒873 M)
Nama lengkapnya Yakub bin Ishak AI-Kindi, lahirdi Kufah pada tahun 805 M dan wafat di Bagdad pada tahun 873 M. AI-Kindi termasuk cendekiawan muslim yang produktif. Hasil karyanya di bidang-bidang filsafat, logika, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, musik, dan matematika. Beliau berpendapat, bahwa filsafat tidak bertentangan dengan agama karena sama-sama membicarakan tentang kebenaran. Beliau juga merupakan satu-satunya filosof Islam dari Arab. Ia disebut Failasuf al-Arab (filosof orang Arab).

4. AI-Farabi (872‒950 M)
Nama lengkapnya Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-Farabi, lahir di Farabi Transoxania pada tahun 872 M dan wafat di Damsyik pada tahun 950 M. Beliau keturunan Turki. Al-Farabi menekuni berbagai bidang ilmu pengetahuan, antara lain: logika, musik, kemiliteran, metafisika, ilmu alam, teologi, dan astronomi. Di antara karya ilmiahnya yang terkenal berjudul Ar-Royu Ahlul al-Mad³nah wa aI-Fad³lah (pemikiran tentang penduduk negara utama).

5. Ibnu Sina (980‒1037 M)
Nama lengkapnya Abu Ali AI-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di Desa Afsyana dekat Bukhara, wafat dan dimakamkan di Hamazan. Beliau belajar bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi Islam, dan ilmu   kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia telah terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur. Beliau menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang terkenal berjudul Al-Qanūn Fi aṭ-Ṭ³b, yaitu ensiklopedi tentang ilmu kedokteran dan Al-Syifā, ensiklopedi tentang filsafat dan ilmu pengetahuan. Perilaku mulia yang perlu dilestarikan oleh umat Islam sekarang adalah seperti
berikut.

    Menuntut ilmu seluas mungkin agar mengetahui informasi-informasi yang berkembang baik yang sudah lampau maupun yang akan datang. Hal ini bisa diperoleh dengan terus-menerus menuntut ilmu.
    Mempelajari bahasa-bahasa asing dan menerjemahkan buku-buku berbahasa asing.
    Melakukan penelitian tentang berbagai macam permasalahan yang ada di lingkungan kita. Karena dengan meneliti, permasalahan dapat diketahui penyebab dan penyelesaiannya.
    Memberikan pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain yang belum mengetahui.
    Kreatif dan tekun dalam menggali ilmu pengetahuan agar mengetahui apa yang tersembunyi dan menghasilkan apa yang diinginkan

BAB III
PERKEMBANGAN ISLAM DAN KEJAYAAN PADA
MASA DINASTI ABBASIYYAH

A.            Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbas
Daulah Abbasiyyah didirikan pada tahun 132 / 750 M. Dinamakan Kekalifahan Abbasiyyah, karena para pendiri penguasa dinasti ini merupakan keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW.
Luas wilayah kekuasaan islam semakin bertambah, bergerak kewilayah Timur Asia Tengah, dari perbatasan India hingga ke Cina. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi (158-169 H / 775 – 785 M). Selain itu juga meliputi wilayah antara lain : Hijaz, Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Kwait, Iran (Persia) Yordaniya, Palestina, Libanon, Mesir, Tunisia, Al-Jazir, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan.
Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah mampu mengembangkan dan memajukan, peradaban islam, hal ini disebabkan sikap dan kebijaksanaan para penguasanya dalam mengatasi persoalan, termasuk dalam sikap politik. Dinasti ini bersifat demokratis.
B.           Kejayaan Peradaban Islam Pada Massa Bani Abbas
Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan islam dalam berbagai bidang, khusunya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa Dinasti ini, dapat di bagi menjadi beberapa bentuk, seperti :
1.             Kota – Kota Pusat Peradaban
Baghdad dan samara. Bagda merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah didirikan oleh Abu Ja’far Al-Mansur (754 – 775 M). Kota ini terletak ditepian sungai Tigris, kota berbentuk bundar dikelilingi tembok yang besar dan tinggi, kota inilah para ahli ilmu pengetahuan datang beramai – ramai untuk mencari ilmu.
Samarra terletak di timur sungai Tigris yang berjarak ± 60 km dari kota Bagdad, kota ini sejuk dan nyaman
2.             Bangunan Tempat Pendidikan Dan Tempat Pribadatan
Bentuk bangunan yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah madrasah. Madrasah ini terdapat di kota : Baghdad, Isfahan, Nisabur, Basra, Tabristan, Hara Dan Musol.
Terdapat juga kuttub, sebagi lembaga pendidikan dasar dan menengah majlis madrasah, sebagai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan.
Selain itu ada juga tempat peribadatan seperti masjid – masjid yang terkenal adalah Masjid Cordova, Masjid Ibn Touloun, Mesjid Al-Azhar.









BAB IV
PENUTUP

A.            Kesimpulan
Dari uraian – uraian yang telah penulis susun maka dapat di ambil kesimpulan bahwa perkembangan peradaban memiliki wilayah kekuasaan islam semakin luas. Dinasti ini mampu mengembangkan islam dan meraih puncak kejayaan peradaban islam, menganut sikap politik yang demokratis.
B.           Saran
Setelah penulis mengadakan pengkhajian terhadap kebudayaan sejarah perkembangan  peradaban Islam pada masa kejayaan, sehingga penulis mendapatkan sedikit pengetahuan, wawasan, pengalaman.
Dan agar mengetahui peran kita dalam kehidupan, agar kita  lebih kritis dalam mengkaji ilmu pengetahuan, sehingga dapat m

No comments:

Post a Comment