MAKALAH PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peradaban
Islam yang berlangsung sejak masa pemerintahan Rasulullah SAW di Madinah (abad
ke-7 M) yang dilanjutkan oleh kaum muslimin sampai masa Kekhilafahan Bani
Utsmani di Istanbul (abad ke-19 M) telah menorehkan serangkaian kejayaan dalam
berbagai bidang. Perkembangan kemajuan Islam tersebut memang diwarnai dengan
beberapa konflik antar penguasa yang tidak jarang disertai dengan pertumpahan
darah. Meskipun demikian, para penguasa Islam umumnya menaruh perhatian besar
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di wilayah kekuasaannya. Faktor
perhatian dari penguasa inilah yang membuat peradaban Islam menjadi berkembang
dengan pesat, disamping faktor pemikiran Islam yang mendukung dan memotivasi
kaum muslim untuk senantiasa melakukan penelitian dan pengembangan ilmu.
Peninggalan
pemikiran hasil pengembangan ilmu yang dilakukan oleh kaum muslim tertuang
dalam bentuk buku, karya sastra maupun artefak. Jika kita mau merujuk kepada
pemikiran dan penulisan, kita akan melihat bahwa peradaban islam telah mencapai
tingkatan yang tidak bisa dijangkau oleh barat kecuali pada periode terakhir
ini. Untuk mempelajari peradaban dan berbagai tren yang ada di masa tersebut,
maka perlu disertai dengan membahas tentang situasi negara tersebut. Damaskus
telah mencapai puncak kejayaannya sewaktu kota tersebut dijadikan ibukota
negara oleh Muawiyah, mempunyai karya nyata berupa: Masjid Agung Umayyah, dll.
Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973 M, seiring dengan hijrahnya
Khalifah Mu'izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Sejak saat itu, Kairo
mencapai kejayaan sebagai pusat pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Kota Baghdad
mengalami masa keemasan sebagai pusat kebudayaan dan perdagangan dunia Islam.
Begitu pula ketika khalifah dipegang oleh Al Ma'mun, seni literatur, teologi,
filosofi, matematika, dan ilmu pengetahuan. Kemajuan peradaban diikuti oleh
berbagai pusat negara seperti Sarai baru, Tabriz dan Cordova.
Makalah
ini membahas perkembangan kejayaan peradaban Islam yang difokuskan pada
beberapa kota yang menjadi pusat perkembangan Islam pada masa kejayaannya.
Beberapa kota tersebut adalah Damaskus, Baghdad, Kairo, Cordova, Tabriz, Sarai
Baru dan Delhi. Kejayaan yang dibahas adalah seputar apa saja bentuk-bentuk
karya yang dihasilkan di kota tersebut dalam berbagai bidang, seperti
pemerintahan, tata kota dan arsitektur dan penemuan ilmu pengetahuan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana peradaban Islam pada masa kejayaan?
C.
Tujuan
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan peradaban Islam pada masa kejayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Peradaban Islam
Peradaban Islam adalah
bagian dari kebudayaan islam yang meliputi berbagai aspek seperti moral,
kebudayaan, dan ilmu pengetahuan yang luas serta bertujuan untuk memudahkan dan
menyejahterakan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Peradaban Islam telah
dimulai sejak masa Rasulullah, khulafaurrasyidin, dan terus berkembang pada
Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.
1. Peradaban Islam pada Masa Dinasti Umayyah
Dinasti Umayyah berdiri
setelah berakhirya masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Khalifah pertama adalah
Muawiyah bin Abi Sofyan dan wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah berkembang di
sebelah timur sampai ke Oxus, bagian barat India sampai Punjab dan Lahore. Di
utara, menguasai Pulau Rhodes, Cretta dan di barat menguasai seluruh Afrika
Utara, Aljazair, Tangiers, dan Spanyol. Kemajuan Dinasti ini adalah sebagai
berikut.
a. Ekonomi
Pada masa Khalifah
Muawiyah, didirikan percetakan uang yang bertuliskan bahasa Arab yang terbuat
dari perunggu lalu disempurnakan oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan dan
dikeluarkannya mata uang logam Arab (emas/dinar, perak/dirham,
perunggu/fals/fuls) yang satu sisi bertuliskan kalimat “Laailaha Illallah” dan
sisi lainnya tertulis Qul huwallahu ahad serta di luar lingkarannya ditulis
Muhammad Rasulullah bil huda wa dinil haq sebagai mata uang resmi pemerintah
islam.
b. Sosial Budaya
Dalam bidang sosial
budaya, khalifah pada masa Dinasti Umayyah banyak memberi kontribusi yang cukup
besar dengan dibangunnya rumah sakit (mustasyfayat) di setiap kota oleh
Khalifah Walid bin Abdul Malik serta dibangun rumah singgah bagi anak-anak
yatim piatu yang ditinggal oleh orang tua mereka akibat perang dan orang tua
yang tidak mampu pun dirawat di rumah-rumah tersebut.
c. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa ini diuraikan sebagai berikut
a. Ulumul lisaniyah, ilmu yang diperlukan
untuk memastikan bacaan Al-Qur’an, menafsirkan dan memahaminya.
b. Tarikh (Sejarah), meliputi tarikh kaum
muslimin dan segala perjuangannya, riwayat hidup para pemimpin, tarikh umum,
dan tarikh bangsa-bangsa lain.
c. Ilmu qiraat, ilmu yang membahas tentang
membaca Al-Qur’an.
d. Ilmu tafsir, ilmu yang membahas tentang
undang-undang dalam menafsirkan Al-Qur’an.
e. Ilmu hadis, ilmu yang ditujukan untuk
menjelaskan riwayat dan sanad hadis, karena banyak hadis yang tidak berasal
dari Rasulullah.
f. Ilmu nahwu, ilmu yang menjelaskan cara
membaca suatu kalimat6 di dalam berbagai posisi.
g. Ilmu bumi (al-jughrafia), muncul karena
kebutuhan kaum muslimin yakni untuk keperluan menunaikan ibadah haji.
h. Ulumud dakhilah, ilmu-ilmu yang disalin
dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab dan disempurnakan untuk kepentingan
kebudayaan islam.
d. Politik
Semasa Dinasti Umayyah
berkuasa, banyak intuisi politik dibentuk, misalnya undang-undang pemerintahan,
dewan menteri, lembaga sekretariat negara, jawatan pos dan giro, serta
penasihat khusus di bidang politik. Politik pada masa ini mengalami kemajuan
dari dinasti sebelumnya yakni dibentuknya al-Kitabah (sekretariat negara),
AL-Hijabah (ajudan), organisasi keuangan, organisasi kehakiman, organisasi tata
usaha negara serta mengalami kemajuan dalam bidang militer yakni
diberlakukannya undang-undang wajib militer (Nizhamut Tajnidil Ijbary) dan
dibangunnya armada laut dengan sempurna.
2. Peradaban Islam pada Masa Dinasti
Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah
berkuasa selama lebih kurang enam abad, didirikan oleh Abul Abbas as-Saffah
dibantu oleh Abu Muslim al-Khurasani, seorang jenderal muslim yang berasal dari
Khurasan, Persia. Peradaban Islam berkembang pesat pada dinasti ini.
a. Bidang Sosial Budaya
Kemajuan ilmu sosial
budaya yang ada adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan
istana, masjid, dan kota seperti istana Qashrul Dzahab, istana Qashrul Khuldi,
kota Baghdad, serta Samarra.
b. Bidang Politik dan Militer
Dibentuknya departemen
pertahanan dan keamanan (Diwanul Jundi) yang mengatur semua yang berkaitan
dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan.
c. Bidang Ilmu Pengetahuan
Bermunculan para ahli
dalam bidang ilmu pengetahuan, seperti filsafat, ilmu sejarah, ilmu bumi,
astronomi, kedokteran, kimia, dan hisab/matematika. Beberapa ilmuwan terkenal
adalah Muhammad bin Ibrahim al-Farazi (astronom), Ibnu Sina (kedokteran), Jabir
bin Hayyan (Kimia), al-Kindi (filsuf), dan Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi
(matematika).
d. Bidang Ilmu Agama
Diantara ilmu
pengetahuan agama islam yang berkembang pesat pada masa ini adalah ilmu tafsir
dengan tokoh al-Subhi, Muqatil bin Sulaiman, Muhammad bin Ishaq, Abu Bakar
al-Asham, dan Abu Muslim al-Asfahani serta para ulama hadis seperti Imam
Bukhari (Sahih Bukhari), Abu Muslim al Hajjaj dari Nisabur (Sahih Muslim), Ibnu
Majah, Abu Dawud, al-Turmudzi, dan an-Nasa’i. Karya-karya mereka dibukukan
dalam al kutubu al sittah. Pada masa ini juga berkembang ilmu fiqih dengan
ulama yang terkenal adalah Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam
Hanbali serta berkembangnya ilmu kalam.
B. Periodisasi Kejayaan Peradaban Islam
Periode penyebaran
islam dan peradabnnya dimulai sejak masa Rasulullah saw. Pada abad ke-6 M.
Periodisasi peradaban islam secara umum terbagi atas tiga periode.
1. Periode Klasik
Masa ini merupakan masa
ekspansi, integrasi, dan keemasan islam. Khalifah pada masa ini antara lain Abu
Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, kekuasaan Bani Umayyah,
dan Bani Abbasiyah dimana telah menguasai seluruh semenanjung Arab,
Irak-Suriah, tentara Bizantium Syiria, Alexandria-Mesir-Babilon, Tunis,
Khurasan, Afghanistan, Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana, Samarkand,
Bulukhistan, Sind, Punjab, Multan, Aljazair, Maroko, Cordova, Spanyol, Afrika
Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Persia, Pakistan, Turkmenia,
Uzbek, dan Kirgis. Pada masa ini bermunculan sastrawan-sastrawan islam dengan
berbagai karya-karyanya, mencetak uang untuk alat tukar berupa dinar dan
dirham, serta dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi.
2. Periode Pertengahan
Pada periode ini islam
mengalami kemunduran karena satu demi satu kerajaan islam jatuh ke tangan
bangsa Mongol. Namun peradaban ini kembali bangkit sekitar tahun 1500-1800 M
dengan berdirinya 3 kerajaan besar yang menjadi tonggak berjayanya kebangkitan
peradaban islam. 3 kerajaan tersebut antara lain Kerajaan Turki Usmani,
Kerajaan Safawi Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Hingga pada abad ke-17 di
Eropa muncul negara-negara kuat dengan Rusia maju di bawah Peter Yang Agung.
Melalui peperangan, Turki Usmani mengalami kekalahan, Safawi Persia ditaklukan
oleh Raja Afghan yang memiliki perbedaan faham, dan Mughal India pecah
dikarenakan terjadi pemberontakan dari kaum Hindu bahkan dikuasai oleh Inggris
pada tahun 1857 M.
3. Periode Modern
Periode ini dikatakan
sebagai periode kebangkitan Islam yang ditandai dengan berakhirnya ekspedisi
Napoleon di Mesir (1789-1801 M). Raja dan pemuka-pemuka islam mulai berpikir
untuk melakukan pembaharuan dalam islam yang disebut dengan modernisasi dalam
islam untuk mengembalikan kekuatan yang telah pincang dan membahayakan umat
islam. Para tokoh pembaharu islam diantaranya adalah Muhammad bin Abdul Wahab
di Arab, Muhammad Abduh, Jamaludin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir,
Sayyid Ahmad Khan, Syah Waliyullah, Muhammad Iqbal di India, Sultan Mahmud II,
dan Musthafa Kamal di Turki.
C. Kontribusi Islam dalam Perkembangan
Peradaban Dunia
Kontribusi islam antara
lain:
1. Sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad
ke-13, karya-karya kaum muslim dalam berbagai bidang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa latin, khususnya dari Spanyol.
2. Kkaum muslimin telah memberi sumbangan
ekperimental mengenai metode dan teori sains ke dunia Barat.
3. Sistem notasi dan desimal Arab dalam
waktu yang sama telahdikenalkan ke dunia barat.
4. Karya-karya dalam bentuk terjemahan,
khususnya karya Ibnu Sina (Avicenna)dalam bidang kedokteran, digunakan sebagai
teks di lembaga pendidikan tinggisampai pertengahan abad ke-17 M.
5. Para ilmuwan muslim dengan berbagai
karyanya telah merangsang kebangkitan Eropa, memperkaya kebudayaan Romawi kuno,
serta literatur klasik yang melahirkan renaisance.
6. Lembaga-lembaga pendidikan islam yang
telah didirikan jauh sebelum Eropa bangkit dalam bentuk ratusan madrasah adalah
pendahulu universitas yang ada di Eropa.
7. Para ilmuwan muslim berhasil melestarikan
pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa
dalam kegelapan.
8. Sarjana-sarjana Eropa belajar di berbagai
lembaga pendidikan tinggi islam dan mentransfer ilmu pengetahuan ke dunia
Barat.
9. Para ilmuwan muslim telah menyumbangkan
pengetahuan tentang rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada Eropa.
Pada ilmu pengetahuan
alam, islam berjasa menyatukan akal dengan alam, menetapkan kemandirian akal,
menetapkan keberadaan hukum alam yang pasti atas kehendak Tuhan. Serta islam
telah mampu mendamaikan akal dengan iman dan filsafat dengan agama sedangkan
bangsa Barat masih membuat stereotip yang memisahkan antara akal dan iman serta filsafat dengan agama.
D. Nilai-Nilai Luhur pada Masa Kejayaan Islam
Beberapa pelajaran yang
dapat diambil dari masa kejayaan islam antara lain sebagai berikut.
1. Hanya dengan kerja keras dan usaha yang
maksimal, apa yang diinginkan akan berhasil, hal ini dapat dilihat bahwa islam
berkembang dengan baik di berbagai belahan dunia atas usaha yang maksimal umat
islam.
2. Belajar dengan giat dan terus-menerus
merupakan kunci meraih kejayaan.
3. Tidak berputus asa dan terus berusaha
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunah.
4. Sesama muslim adalah saudara,
persaudaraan itu diikat adanya akidah yang satu yaitu Allah Swt. dan kitab suci
yang satu yaitu Al-Qur’an.
5. Menjadikan perbedaan sebagai rahmat,
bukan sebagai jurang pemisah.
A. Periodisasi Sejarah
Islam
Harun Nasution dalam
buku Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya membagi sejarah Islam ke dalam tiga
periode besar berikut:
1. Periode Klasik
(650‒1250)
Periode Klasik
merupakan periode kejayaan Islam yang dibagi ke dalamdua fase, yaitu:
Fase ekspansi, integrasi, (650‒1000),
Fase disintegrasi (1000‒1250).
2. Periode Pertengahan
(1250‒1800)
Periode Pertengahan
merupakan periode kemunduran Islam yang dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
Fase kemunduran (1250‒1500 M), dan
Fase munculnya ketiga kerajaan besar
(1500‒1800), yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500‒1700 M) dan zaman
kemunduran (1700‒1800).
3. Periode Modern
(1800‒dan seterusnya)
Periode Modern
merupakan periode kebangkitan umat Islam yang ditandaidengan munculnya para
pembaharu Islam.
B. Masa Kejayaan Islam
Masa kejayaan Islam
terjadi pada sekitar tahun 650‒1250. Periode ini disebut Periode Klasik. Pada
kurun waktu itu, terdapat dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Umayyah atau
sering disebut Daulah Umayyah dan Kerajaan Abbasiyah yang sering disebut Daulah
Abbasiyah. Pada masa Bani Umayyah, perkembangan Islam ditandai dengan meluasnya
wilayah kekuasaan Islam dan berdirinya bangunan-bangunan sebagai pusat
dakwah Islam. Kemajuan
Islam pada masa ini meliputi: bidang politik, keagamaan, ekonomi, ilmu bangunan
(arsitektur), sosial, dan bidang militer.
Sementara perkembangan
Islam pada masa Bani Abbasiyah ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang ilmu pengetahuan,
ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan bidang militer. Tentu saja
kemajuan umat Islam baik pada masa Bani Umayyah maupun Bani Abbasiyah terjadi
tidak secara tiba-tiba. Akan tetapi, ada penyebabnya, yaitu disebabkan oleh
faktor internal dan
faktor eksternal.
Faktor internal antara
lain:
Konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada
ajaran Islam,
Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk
maju,
Islam sebagai rahmat seluruh alam,
Islam sebagai agama dakwah sekaligus
keseimbangan dalam menggapaikehidupan duniawi dan ukhrawi.
Faktor eksternal antara
lain seperti berikut.
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan
bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu
pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting di bidang
pemerintahan. Selain itu, mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu
filsafat dan sastra. Adapun pengaruh Yunani masuk melalui berbagai macam
terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
Gerakan Terjemah. Pada masa Periode Klasik,
usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh
gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama
di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah.
Selain faktor tersebut
di atas, kejayaan Islam ini disebabkan pula oleh adanya gerakan ilmiah atau
etos keilmuan dari para ulama yang ada pada Periode Klasi tersebut, antara lain
seperti berikut.
Melaksanakan ajaran al-Qur’ān secara
maksimal, di mana banyak ayat dalam al-Qur’ān yang menyuruh agar kita
menggunakan akal untuk berpikir.
Melaksnakan isi hadis, di mana banyak hadis
yang menyuruh kita untuk terus-menerus menuntut ilmu, meskipun harus ke negeri
Cina. Bukan hanya ilmu agama yang dicari, tetapi ilmu-ilmu lain yang
berhubungan dengan kehidupan manusia di dunia ini.
Mengembangkan ilmu agama dengan berijtihad,
ilmu pengetahuan umum dengan mempelajarai ilmu filsafat Yunani. Maka, pada saat
itu banyak bermunculan ulama fiqh, tauhid (kalam), tafsir, hadis, ulama bidang
sains (ilmu kedokteran, matematika, optik, kimia, fisika, geografi), dan
lain-lain.
Ulama yang berdiri sendiri serta menolak
untuk menjadi pegawai pemerintahan.
Dari gerakan-gerakan
tersebut di atas, muncullah tokoh-tokoh Islam yang memiliki semangat berijtihad
dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, antara lain:
1. Ilmu Filsafat
Al-Kindi (809‒873 M),
Al Farabi (wafat tahun 916 M),
Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H),
Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H),
Ibnu Shina (980‒1037 M),
Al-Ghazali (1085‒1101 M),
Ibnu Rusd (1126‒1198 M).
2. Bidang Kedokteran
Jabir bin Hayyan (wafat 778 M),
Hurain bin Ishaq (810‒878 M),
Thabib bin Qurra (836‒901 M),
Ar-Razi atau Razes (809‒873 M).
3. Bidang Matematika
Umar Al-Farukhan,
Al-Khawarizmi.
4. Bidang Astronomi
Al-Farazi: pencipta Astro lobe
Al-Gattani/Al-Betagnius
Abul Wafa: menemukan jalan ketiga dari
bulan
Al-Farghoni atau Al-Fragenius
5. Bidang Seni Ukir
Badr dan Tariff (961‒976 M)
6. Ilmu Tafsir
Ibnu Jarir ath Tabary,
Ibnu Athiyah al-Andalusy (wafat 147 H),
As Suda, Muqatil bin Sulaiman (wafat 150
H),
Muhammad bin Ishak dan lain-lain.
7. Ilmu Hadis
Imam Bukhori (194‒256 H),
Imam Muslim (wafat 231 H),
Ibnu Majah (wafat 273 H),
Abu Daud (wafat 275 H),
At-Tarmidzi, dan lain-lain.
C. Tokoh-Tokoh pada
Masa Kejayaan Islam
Miqdad bin Amr (ahli
filsafat yang dicintai Allah dan Rasul-Nya) Miqdad bin Amr termasuk rombongan
yang pertama masuk Islam. Ia adalah orang yang ketujuh yang menyatakan
keislamannya. Dengan kejujurannya, ia rela mendapatkan sisksaan dari kafir
Quraisy. Miqdad bin Amr adalah seorang filosof dan ahli pikir. Suatu ketika,
dia diangkat Rasulullah menjadi seorang Amir di daerahnya. Ia melaksanakan
amanah itu. Dirinya pun diliputi oleh kemegahan dan puji-pujian. Hal ini
dianggapnya sebagai pengalaman pahit. Ia tidak ingin tenggelam dalam kemegahan
dan pujian. Maka, sejak itu dia menolak menerima jabatan amir. Kecintaan Miqdad
terhadap Rasulullah saw. sangat besar. Kecintaannya itu menyebabkan hati dan
ingatannya dipenuhi rasa tanggung jawab terhadap beliau. Misalnya, setiap ada
sesuatu yang membahayakan Rasulullah saw, secepat kilat ia telah berada di
depan pintu rumah Rasulullah saw. Ia menghunus pedangnya untuk membela
beliau. Demikian Miqdad
menjalani hidupnya, ia senantiasa memberikan pembelaan terhadap Islam dan
Rasulullah saw. dengan keteguhan hati yang menakjubkan dalam membela Islam. Ia
mendapat kehormatan dari Rasulullah saw., “Sungguh Allah Swt. telah menyuruhku
untuk mencintaimu dan menyampaikan pesan-Nya padaku bahwa Dia (Allah)
mencintaimu.” Diambil dari 365 Kisah Teladan Islam satu kisah selama setahun,
Ariany Syurfah)
Sebagaimana disebutkan
di atas, banyak sekali tokoh Islam yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang
ilmu. Di sini akan dijelaskan sebagian biografi beberapa tokoh secara singkat.
Selanjutnya, tokoh-tokoh yang tidak dijelaskan biografinya, bisa dicari melalui
buku-buku lain yang membahasnya. Berikut ini tokoh-tokoh muslim yang telah
menyumbangkan karyanya untuk peradaban umat manusia.
1. Ibnu Rusyd (520‒595
H)
Nama lengkapnya Abu
Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd, lahir di Cordova (Spanyol) pada tahun 520 H. dan
wafat di Marakesy (Maroko) pada tahun 595 H. Beliau menguasai ilmu fiqh, ilmu
kalam, sastra Arab, matematika, fisika astronomi, kedokteran, dan filsafat.
Karya-karya beliau antara lain: Kitab Bidayat Al- Mujtahid (kitab yang membahas
tentang fiqh), Kuliyat Fi At-Tib (buku tentang kedokteran yang dijadikan
pegangan bagi para mahasiswa kedokteran di Eropa), Fasl al-Magal fi Ma Bain
Al-Hikmat wa Asy-Syariat. Ibnu Rusyd berpendapat antara filsafat dan agama
Islam tidak bertentangan, bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk
mempelajari ilmu Filsafat.
2. Al-Ghazali (450‒505
H)
Nama lengkapnya Abu
Hamid al-Ghazali, lahir di Desa Gazalah, dekat Tus, Iran Utara pada tahun 450 H
dan wafat pada tahun 505 H di Tus juga. Beliau dididik dalam keluarga dan guru
yang zuhud (hidup sederhana dan tidak tamak terhadap duniawi). Beliau belajar
di Madrasah Imam AI-Juwaeni. Setelah beliau menderita sakit, beliau ber-khalwat
(mengasingkan diri dari khalayak ramai dengan niat beribadah mendekatkan diri
kepada Allah Swt.) dan kemudian menjalani kehidupan tasawuf selama 10 tahun di
Damaskus, Jerusalem, Mekah, Madinah, dan Tus. Adapun jasa jasa beliau terhadap
umat Islam antara lain sebagai berikut.
Memimpin Madrasah Nizamiyah di Bagdad dan
sekaligus sebagai guru besarnya.
Mendirikan madrasah untuk para calon ahli
fiqh di Tus.
Menulis berbagai macam buku yang jumlahnya
mencapai 288 buah, mengenai taṡawwuf, teologi, filsafat,
logika, dan fiqh.
Di antara bukunya yang
terkenal, yaitu Ihyā 'Ulūm ad-D³n, yakni membahas masalah-masalah ilmu akidah,
ibadah, akhlak, dan taṡawwuf berdasarkan al-Qur’ān dan hadis. Dalam bidang
filsafat, beliau menulis tahāfu al-Falāṡ³fah (tidak konsistennya para filsuf).
Al-Ghazali merupakan ulama yang sangat berpengaruh di dunia Islam sehingga
mendapat gelar Hujjatul Islām (bukti kebenaran Islam).
3. AI-Kindi (805‒873 M)
Nama lengkapnya Yakub
bin Ishak AI-Kindi, lahirdi Kufah pada tahun 805 M dan wafat di Bagdad pada
tahun 873 M. AI-Kindi termasuk cendekiawan muslim yang produktif. Hasil
karyanya di bidang-bidang filsafat, logika, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa,
politik, musik, dan matematika. Beliau berpendapat, bahwa filsafat tidak
bertentangan dengan agama karena sama-sama membicarakan tentang kebenaran.
Beliau juga merupakan satu-satunya filosof Islam dari Arab. Ia disebut Failasuf
al-Arab (filosof orang Arab).
4. AI-Farabi (872‒950
M)
Nama lengkapnya Abu
Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-Farabi, lahir di Farabi Transoxania
pada tahun 872 M dan wafat di Damsyik pada tahun 950 M. Beliau keturunan Turki.
Al-Farabi menekuni berbagai bidang ilmu pengetahuan, antara lain: logika,
musik, kemiliteran, metafisika, ilmu alam, teologi, dan astronomi. Di antara
karya ilmiahnya yang terkenal berjudul Ar-Royu Ahlul al-Mad³nah wa aI-Fad³lah
(pemikiran tentang penduduk negara utama).
5. Ibnu Sina (980‒1037
M)
Nama lengkapnya Abu Ali
AI-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di Desa Afsyana dekat Bukhara, wafat
dan dimakamkan di Hamazan. Beliau belajar bahasa Arab, geometri, fisika,
logika, ilmu hukum Islam, teologi Islam, dan ilmu kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia telah
terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur. Beliau
menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang terkenal berjudul
Al-Qanūn Fi aṭ-Ṭ³b, yaitu ensiklopedi tentang ilmu kedokteran dan Al-Syifā,
ensiklopedi tentang filsafat dan ilmu pengetahuan. Perilaku mulia yang perlu
dilestarikan oleh umat Islam sekarang adalah seperti
berikut.
Menuntut ilmu seluas mungkin agar
mengetahui informasi-informasi yang berkembang baik yang sudah lampau maupun
yang akan datang. Hal ini bisa diperoleh dengan terus-menerus menuntut ilmu.
Mempelajari bahasa-bahasa asing dan
menerjemahkan buku-buku berbahasa asing.
Melakukan penelitian tentang berbagai macam
permasalahan yang ada di lingkungan kita. Karena dengan meneliti, permasalahan
dapat diketahui penyebab dan penyelesaiannya.
Memberikan pengetahuan yang dimiliki kepada
orang lain yang belum mengetahui.
Kreatif dan tekun dalam menggali ilmu
pengetahuan agar mengetahui apa yang tersembunyi dan menghasilkan apa yang
diinginkan
BAB III
PERKEMBANGAN
ISLAM DAN KEJAYAAN PADA
MASA DINASTI
ABBASIYYAH
A. Perkembangan Islam Pada Masa Bani
Abbas
Daulah
Abbasiyyah didirikan pada tahun 132 / 750 M. Dinamakan Kekalifahan Abbasiyyah,
karena para pendiri penguasa dinasti ini merupakan keturunan Abbas, paman Nabi
Muhammad SAW.
Luas
wilayah kekuasaan islam semakin bertambah, bergerak kewilayah Timur Asia
Tengah, dari perbatasan India hingga ke Cina. Pada masa pemerintahan Khalifah
Al-Mahdi (158-169 H / 775 – 785 M). Selain itu juga meliputi wilayah antara
lain : Hijaz, Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Kwait, Iran (Persia) Yordaniya,
Palestina, Libanon, Mesir, Tunisia, Al-Jazir, Maroko, Spanyol, Afganistan,
Pakistan.
Pemerintahan
Dinasti Abbasiyyah mampu mengembangkan dan memajukan, peradaban islam, hal ini
disebabkan sikap dan kebijaksanaan para penguasanya dalam mengatasi persoalan,
termasuk dalam sikap politik. Dinasti ini bersifat demokratis.
B. Kejayaan Peradaban Islam Pada Massa
Bani Abbas
Masa
pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan islam dalam berbagai
bidang, khusunya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa
Dinasti ini, dapat di bagi menjadi beberapa bentuk, seperti :
1. Kota – Kota Pusat Peradaban
Baghdad
dan samara. Bagda merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah didirikan oleh
Abu Ja’far Al-Mansur (754 – 775 M). Kota ini terletak ditepian sungai Tigris,
kota berbentuk bundar dikelilingi tembok yang besar dan tinggi, kota inilah
para ahli ilmu pengetahuan datang beramai – ramai untuk mencari ilmu.
Samarra
terletak di timur sungai Tigris yang berjarak ± 60 km dari kota Bagdad, kota
ini sejuk dan nyaman
2. Bangunan Tempat Pendidikan Dan
Tempat Pribadatan
Bentuk
bangunan yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah madrasah. Madrasah
ini terdapat di kota : Baghdad, Isfahan, Nisabur, Basra, Tabristan, Hara Dan
Musol.
Terdapat
juga kuttub, sebagi lembaga pendidikan dasar dan menengah majlis madrasah,
sebagai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan.
Selain
itu ada juga tempat peribadatan seperti masjid – masjid yang terkenal adalah
Masjid Cordova, Masjid Ibn Touloun, Mesjid Al-Azhar.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian – uraian yang telah penulis susun maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
perkembangan peradaban memiliki wilayah kekuasaan islam semakin luas. Dinasti
ini mampu mengembangkan islam dan meraih puncak kejayaan peradaban islam,
menganut sikap politik yang demokratis.
B. Saran
Setelah
penulis mengadakan pengkhajian terhadap kebudayaan sejarah perkembangan peradaban Islam pada masa kejayaan, sehingga
penulis mendapatkan sedikit pengetahuan, wawasan, pengalaman.
Dan
agar mengetahui peran kita dalam kehidupan, agar kita lebih kritis dalam mengkaji ilmu pengetahuan,
sehingga dapat m
No comments:
Post a Comment